Jumat, 24 Maret 2017

laporan praktikum kalor jenis zat padat




KATA PENGANTAR 
                 Assalamualaikum Wr.Wb.
                 Alhamdulillah banyak nikmat yang allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk allah atas segala berkat,rahmat,taufik serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan hasil laporan praktikum fisika dasar ini.
                 Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten laboratorium yang telah membantu serta mengarahkan saya. dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa mmeberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langka yan lebih baik lagi.
                 Meskipun saya berharap isi dari laporan praktkum ini bebas dari kesalahan, namun selalu ada yang salah. oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang ,e,bangun agar hasil laporam praktikum ini dapat lebih baik lagi.
                 Akhir kata saya megucapkan banyak terimakasij, semoga hasil laporan ini bermanfaat.



                                                                                   Yogyakarta, 15 Maret 2017
                                                                                                 Praktikan


                                                                                               Endah Setyani







PANAS JENIS ZAT PADAT
A.      TUJUAN PERCOBAAN
1.      Mengetahui prinsip kerja serta kegunaan calorimeter
2.      Menentukan nilai dari panas jenis zat padat
3.      Memprediksikan kenaikan suhu zat padat pada saat menerima panas

B.      DASAR TEORI
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor
berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas.
Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun
dilepaskan oleh suatu benda. Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric
ditemukan oleh ahli kimia perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743
– 1794). Kalor memiliki satuan Kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 Kal sama
dengan jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air naik 1
derajat celcius (Akbar, 2010).
 Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang sering
dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung
pada 3 faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis), perubahan suhu (Purnomo,2008)
Menurut Halliday (1985), perbandingan banyaknya tenaga kalor (∆Q)
yang dibekalkan kepada sebuah benda untuk menaikkan temperaturnya sebanyak ∆T dinamakan kapasitas kalor (C) dari benda tersebut yakni:
                                    C = Q:T
Kapasitas kalor per satuan massa sebuah benda yang dinamakan kalor jenis (c)
adalah ciri (karakteristik) dari bahan yang membentuk benda tersebut: 
 Kalor jenis adalah jumlah energi yang dipindahkan dari suatu benda atau
tubuh ke benda lain akibat dari suatu perbedaan suhu diantara benda atau tubuh
tersebut. Kalor dinyatakan dalam satuan energi joule (J) menurut satuan SI.
Kalor umunya dinyatakan dalam satuan kalori (kkal), yaitu satu kalori adalah
jumlah kalor yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebanyak 1
derajat celcius pada suhu kamar (293 K) (Metana, 2010).
            Kalor yang dipindahkan dari atau ke sistem diukur di dalam alat yang
dinamakan kalorimeter, yang terdiri dari sebuah wadah cuplikan kecil yang
dibenamkan dalam sebuah bejana air yang besar. Bejana luar itu disekat dengan
baik sekali di sebelah luar untuk menghalangi lubang kamar mencapai air,
sedangkan wadah di dalam dibuat dari tembaga atau suatu bahan penghantar
kalor yang lain untuk mengizinkan kalor acara mudah dipertukarkan antara
wadah itu dan air (Cromer, 1994).
 Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu
reaksi kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan  
hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data
perubahan entalpi pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen.
Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi
yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter (Petrucci,1987).
            Kalor berpindah dari benda yang bersuh tinggi kebenda yang bersuhu rendah. Ada tiga macam perpindahan kalor, yaitu:
1.      Perpindahan kalor secara konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat padat. Perpindahan ini tidak diikiuti dengan perpindahan partikel perantara. Berdasarkan kemampuan menghantarkan kalor, zat dibagi menjadi 2 golongan yaitu isolator dan konduktor. Konduktor adalah zat yag mudah menghantarkankalor dengan baik. Namun, isolator adalah zat yang sukar menghantarkan kalor. Banyaknya kalor Q yang melalui dinding selama selang waktu t, dinyatakan sebagai berikut:
            Q= K.A.t.T:L
Keterngan:
            Q= kalor (J) atau (kal)
            K= konduktivitas termal (W/mk)
            A= luas penampang (m2)
            T= perubahan suhu (K)
L= panjang (m)
t= waktu (sekon)
contoh perpindahan kalor secara konduksi adalah peristiwa dua batang logam yang dipanaskan.
2.      Perpindahan kalor secara konveksi.
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida kebagian fluida lain oleh pergerakan fluida itu sendiri. Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah, pergerakan fluida terjadi akibat perbedaan massa jenis. Adapun konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi langsung diarahkan ketujuannya oleh sebuah peniup (blower) atau pompa. Contoh konveksi paksa antara lain system pendingin mobil dan pengering rambut (hairdryer).
Pemanfaatan konveksi terjadi [ada cerobong asap, system suplai air panas dan lemari es. Laju kalor Q:t sebuah panas memindahkan kalor ke fluida sekitarnya secara konveksi sebanding dengan luas permukaan benda bersentuhan dengan fluida dan beda suhu diantara benda dan fluida. Hal tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
H=h.A.T4
                        Keterangan H = laju kalor (kal/s atau J/s)
Dengan h adalah koefisien konveksi yang nilainya bergantung pada bentuk dan kedudukan permukaan, yaitu tegak, miring, mendatar, menghadap kebawah, atau menghada[ keatas. Konveksi dalam kehidupan sehari hari antara lain terlihat pada peristiwa angina darat dan angina laut.
3.      Perpindahan kalor secara radiasi.
Radiasi atau pancaran adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik.  Pada tahun 1897, Joseph Stefan melakukan pengukuran daya total yang dipancarkan oleh benda hitam sempurna. Dia menyatakan bahwa daya total sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak nya. Hubungan ini dinamakn sebagai hokum Stefan-boltzman yang berbunyi “energy yang dipancarkan oleh suhu permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu”.
Q:t= ∂.A.T4.e
Dengan ∂ dikenal sebagai tetapan Stefan-boltzman yang memiliki nilai 5,67x10-8 W/m2K4. Dengan e adalah koefisien yang disebut emivisitas, nilai nya diantara 0-1 serta tergantung pada jenis zat dan kedaan permukaan. Untuk benda hitam sempurna e=1.
System calorimeter bekerja berdasarkam azas black, yaitu “apabila pada kondisi adiabatic dicampurkan dua zat yang temperaturnya mula-mula berbeda, maka pada saat kesetimbangan banyak kaor yang dilepas oleh zat yang temperaturnya mula-mula tinggi sama dengan banyak nya kalor yang diserap oleh zat yang temperaturnya rendah.
Qlepas = Qterima
m.c.T = m.c.T
C. ALAT DAN BAHAN
1. calorimeter
2. timbangan/neraca
3. thermometer
4. bejana didih
5. kulkas/pendingin
6. pipet
7. stopwatch
8.air
9. zat padat (logam)
D. PROSEDUR KERJA
1.      siapkan alat dan bahan percobaan.
2.      hidupkan pemanas dari bejana didih yang berisi air.
3.      timbanglah calorimeter kosong dan alat pengaduk dari logam.
4.      isilah calorimeter dengan air sedemikian tingginya sehingga benda padat (logam) dapat tercelup, kemudian timbanglah calorimeter tersebut. Serta catat massa airnya.
5.      Masukkan benda logam kedalam bejana didih.
6.      Dinginkan calorimeter berisi air tadi kedalam pendingin supaya suhunya dibawah suhu kamar.
7.      Bersihkan dinding luar dari calorimeter agar tidak embun yang melekat.
8.      Masukkan calorimeter tadi pada tempatnya dan catat suhu mula-mulanya.
9.      Catatlah tekanan yang terbaca pada barometer dan suhu kamar dan kemudian angkatlah benda logam dari bejana didih dan dengan cepat masukkanlah kedalam calorimeter.
10.  Aduk dan amati suhu maksimum yaitu suhu akhir dan catat suhunya.
11.  Setelah percobaan timbang calorimeter + air + benda logam.
12.  Ulangi lamgkah 4-10 dengan jumlah air yang berbeda.
13.  Rapikan alat dan bahan seperti kondisi semula.
E.HASIL PERCOBAAN.
NO
berat logam (gr)
Berat air (gr)
Berat calorimeter +pengaduk (gr)
Suhu logam mula-mula (tb)
Suhu air mula-mula (t1)
Suhu air akhir (t2)
(t2-t1)
1.
20 gr
100gr
70gr
92
24
26
2
2.
20gr
100gr
70
91
25
27
2
3.
20gr
100gr
70gr
92
24
25
1
4.
60gr
100gr
70gr
93
20
23
3
5.
60gr
100gr
70gr
92
23
25
2
6.
60gr
100gr
70gr
93
22
24
2

Suhu kamar = 27◦C.
F.ANALISIS DATA




G. PEMBAHASAN
            Kalor jenis adalah jumlah energy yang dipindahkan dari suatu benda ke benda lain karna perbedaan suhu. Kalor berpindah/ mengalir dari benda yang bersuhu tinggi kebenda yang berhusu rendah.kalor yang dipindahkan dari atau kesuatu system diukur dalam calorimeter. Sehingga, fungsi dari calorimeter itu sndr adalah untuk menentukan kalor jenis suat zat.
            Calorimeter menggunakan system azas black. Azas black yaitu apabila pada kondisi adiabatic dicampurkan dua zat yang temperaturnya mula-mula berbeda, maka pada saat kesetimbangan banyak kalor yang dilepas oleh zat yang temperaturnya tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diserap oleh zat yang temperaturnya rendah. Dengan kata lain, jika dua buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan, maka benda yang panas akan memberikan kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhir nya sama. Persamaan azas black adalah
                                                            Qlepas = Qterima
                                                                           m.c.∆T= m.c. ∆T
            Dalam praktikm ini, kita akan menentukan besarnya kalor jenis zat padat (logam) dengan berat yang berbeda. Perpindahan kalor ada 3 macam, yaitu konduksi (perantara), konveksi (mengalir), dan radiasi (pancaran). Dalam praktikum ini, telah menggunakan kalor secara konveksi. Karena dalam praktikum ini benda yang yang memiliki kalor lebih besar (logam yang dipanaskan) akan memberikan kalor kepada benda yang memiliki kalor rendah (air yang telah dimasukkan dalam kulkas). Sehingga ketika 2 benda tsb dicampurkan, maka akan terjadi konveksi (aliran). Dan dalam kasus ini, menerapkan system azas black.
            Berdasarkan alinisis data yang telah kita cari dengen menggunakan metode interpolasi, kita telah menemukan besarnya Ck (besar kalor jenis calorimeter) dan Cp (besar kalor jenis pengaduk). Calorimeter yang kita gunakan berupa dari aluminium (Al) dan pengaduk yang kita gunakan dari bahan besi (Fe). Besar kalor jenis calorimeter (Al) adalah 22,4079 kal/g◦C. sedangkan harga kalor jenis dari pengaduk (Fe) adalah 10,8551 kal/g◦C. sehingga, kalor jenis aluminium lebih besar dibandingkan dengan besi.
            Dalam menentukan kalor jenis zat padat, kita menggunakan 2 buah benda logam yang ebrbeda beratnya, yaitu 20 gr dan 60 gr. Dan denga berat air 100 gr, berat pengaduk serta calorimeter sebesar 70 gr. Pada logam pertama, kita melakukan 3 percobaan. Dengan percobaan pertama, didapatkan kalor jenis logam pertama (Cb1) sebesar 0,17003 kal/g◦C. sedangkan pada percobaan kedua, didapatkan besar kalor jenis logam pertama (Cb2) sebesar 0,175 kal/g◦C. Dan pada percobaan ketiga, didapatkan besar kalor jenis logam pertama (Cb3) sebesar 0,0837 kal/g◦C. Dengan tiga percobaan diatas, diperoleh rata-rata kalor jenis pada logam pertama dengan berat 20 gr sbesar 0,14291 kal/g◦C. Dan diperoleh juga hasil ∆Cb sebesar 0,05 kal/g◦. sehingga, Cb rata-rata +-∆Cb adalah 0,14291+- 0,05 kal/g◦C.
            Sehingga, pada logam kedua juga dilakukan 3 percobaan sama seperti logam pertama. Namun, logam kedua memiliki berat yang lebih besar disbanding logam pertama, yaitu logam kedua sebesar 60 gr. Pada percobaan pertama,diperoleh kalor jenis logam kedua sebesar 0,08 kal/g◦C. Sedangkan pada percobaan kedua diperoleh kalor jenis (Cb2) sebesar 0,056 kal/g◦C. Dan pada percobaan ketiga diperoleh kalor jenis logam kedua (Cb3) sebsar 0,054 kal/g◦C.
            Dan tiga percobaan diatas diperoleh rata-rata kalor jenis zat padat (logam kedua) sebesar 0,063 kal/g◦C. Dan diperoleh juga ∆Cb adalah 0,063 +- 0,014 kal/g◦C. Ternyata berdasarkan percobaan yang kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa logam pertama memiliki nilai kalor jenis lebih besar disbanding logam kedua. Sehingga, semakin ringan suatu berat benda, maka kalor jenis nya semakin besar. Oleh karena iyu, hubungan antara massa dengan kalor jenis berlawanan/ bertolak belakang.
            Berdasarkan hasil percobaan, perubahan suhu pada logam pertama yang massa nya 20 gr adalah sekisar 1-2◦C. namum, pada logam kedua yang beratnta 60 gr memiliki perubahan suhu sekisar 2-3◦C. hal ini dpat disimpulkan bahwa logam pertama meiliki perubahan suhu lebih kecil disbanding logam kedua.
            Menurut teori yang ada, benda yang bersuhu rendah meiliki kalor yang sedikit. Begitu juga sebaliknya. Benda yang bersuhu tinggi memiliki kalor jenis yang tinggi. Namun, dalam percobaan kita tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu benda yang memilki perubahan suhu renda justru memiliki kalor jenis yang tinggi. Dan benda yang bersuhu tinggi memiliki kalor jenis rendah. Sehingga, pada praktikum kita ini terjadi kesalahan. Dan kesalahan tersebut dipengaruhioleh beberapa factor yaitu antara lain : ketidaktelitian dalam membaca hasil timbangan neraca, ketidaktelitian dalam membaca suhu pada thermometer, ketidakakuratan saat menimbang logam yang disebabkan benang ikut ditimbang, tergesa gesa dalam percobaan, atau suhu ruangan masuk kedalam calorimeter.
            Adapun, aplikasi penerapan kalor jenis dalam kehidupan adalah pemanfaatan termos. Termos berfungsi untuk menyimpan zat cair dalam waktu tertentu agar tetap panas. Sehingga termos terbuat untuk mencegah perpindahan kalor secarakonduksi, konveksi maupun radiasi. Selain itu juga dalam pemanfaatan kalor pada setrika. Setrika terbuat dari logam yang bersifat konduktor dan penggaannya bersifat isolator. Lalu juga, pemanfaatan kalor pada panic masak dan lemari dingin (kulkas) penurunan suhu dalam kulkas disebabkan oleh penguapan Freon yang mengalir dalam pipa yang melewati kulkas. Apabla Freon menguap dalam pipa yang terletak didalam ruang pembeku, maka Freon akan menyerap kalor dari pembekuan.

H. KESIMPULAN
1.      calorimeter adalah alat untuk menentukan kalor jenis suatu zat padat dan calorimeter          menggunakan system azas black.
2.      Pada logam pertama, diperoleh rata-rata nilai kalor jenis sbesar 0,14291 kal/g◦C. Sedangkan pada logam kedua, menghasilkan rata-rata nilai kalor jenis sebesar 0,063 kal/g◦C.
3.      Pada logam pertama memiliki perubahan suhu 1-2 derajat celcius. Namun, logam kedua memiliki perubahan suhu 2-3 derajat celcius.
4.      Berdasarkan praktikum kita, benda yang bersuhu rendah memiliki kalor jenis tinggi. Begitu sebaliknya.
5.      Aplikasi penentuan kalor jenis dalam kehidupan sehai-hari adalah dalam pembuatan kulkas, panic, termos, setrika, dll.

I.DAFTAR PUSTAKA
1.https://www.scribd.com/document/244003017/panas-jenis-zat-padat-docx. Diakses pada tanggal 18 maret 2017 jam 16.00
2. Mansur.2010.timbangan digital bizerba. https://www.bisnis.fenue.com. Diakses pada tanggal 18 maret jam 19.00